Powered By Blogger

Kamis, 24 November 2011

KETIKA SI BUAH HATI MENJADI KOMANDAN

Seperti biasa setiap hari  sekitar jam 17.00 para orang tua dari berbagai penjuru berdatangan kesekolah untuk menjemput anaknya masing-masing, karena anak-anak mereka termasuk siswa kelas siang, yang pembelajarannhya dimulai  pada jam 13.00 sd. 17.10, MIN tempat anak-anak Sekolah terpaksa melaksanakan kelas pada sore hari hal ini disebabkan keterbatasan ruang belajar sehingga tidak mampu menampung semua murid, atas kebijakan Kepala MIN tentu setelah mempertimbangkan dari berbagai aspek maka ditetapkanlah kelas sore yang diperuntukan bagi siswa kelas III dan IV sedangkan kelas pagi untuk siswa kelas I, II, V dan VI. Setibanya di sekolah tidak lama kemudian terdengar bel berbunyi tanda jam pelajaran sudah usai, sayup-sayup terdengar anak-anak berdo'a sebelum pulang...kemudian dalam beberapa menit terdengar suara riuh anak-anak keluar kelas, biasa anak-anak....mereka berebut saling mendahului kawan-kawannya untuk segera pulang, sementara di luar para orang tua telah menunggu, ayah/ibu yang menunggu anak-anaknya, ada kakak yang menunggu adiknya, atau paman/bibi yang menunggu keponakannya, para penjemput mengarahkan pandangan ke pintu keluar sekolah untuk mencari-cari anak-anak yang mereka jemput, dan anak-anakpun kesana kemari mencari penjemputnya, suasana seperti ini sudah menjadi sesuatu hal yang biasa hampir disemua sekolah, dan ini menjadi pemandangan rutin setiap hari sepanjang sekolah itu masih berdiri dan menjalankan fungsinya sebagai lembaga pendidikan bagi anak-anak usia sekolah.

       Seoang anak laki-laki siswa kelas tiga yang berusia hampir sembilan tahun namun memiliki tubuh yang bongsor dengan bobot sekitar 50 kg, ia menjadi anak yang paling besar di kelasnya, walau demikian bobot tubuhnya bukan suatu halangan baginya untuk bergerak dan melakukan aktivitas, ia termasuk anak yang gesit dan kuat, mungkin hal ini disebabkan ia selalu rajin melakukan olah raga terutama renang, sepak bola dan bersepeda. Dengan berlari ia menghampiri ayahnya yang sudah menunggunya beberapa menit yang lalu, kemudian dengan penuh semangat ia menyampaikan berita kepada ayahnya..."bah..! saya dipilih oleh ibu guru sebagai komandan upacara pada saat apel penurunan bendera sabtu depan", ia biasa memanggil ayahnya dengan panggilan " abah ", maka mendengar penuturan buah hatinya yang hanya semata wayang itu abahnyapun merasa bahagia kerana anaknya diberi kepercayaan seperti itu, namun disisi lain ia juga merasa kuatir kalau-kalau anaknya tidak mampu melaksanakan tugas tersebut, mengingat selama ini si buah hatinya belum pernah mengikuti apa lagi menjadi petugas upacara. Melihat anaknya penuh semangat serta keinginan untuk melihat kemampuan anaknya maka tanpa ragu-ragu sedikitpun ia menyetujuai dengan senang hati atas  kepercayaan yang diberikan kepada anaknya itu. Langkah awal untuk menjawab kepercayaan itu adalah dengan memberikan motivasi kepada anaknya setelah mendengar apa yang dikatakan sang anak...Alhamdulillah anaku pasti bisa, abah dan mama akan bantu untuk melatihnya...! mendengar ucapan abahnya si anak itupun tersenyum dengan manisnya dan ia merasa yakin bahwa pada saatnya nanti akan mampu melaksanakan tugas sebagai komandan dengan baik.

        Beberapa hari sebelum hari Sabtu abah dan mama sibuk membantu anaknya dengan memberikan arahan dan petunjuk agar anaknya semakin terampil serta motivasinya semakin tinggi, hal ini dilakukan untuk melengkapi dengan apa yang telah diajarkan dan dilatih oleh gurunya di sekolah, kalimat yang diucapkan pada saat menyampaikan laporan selalu diulang-ulang sampai lancar dan tidak ada kesalahan serta diucapkan dengan suara yang lantang, demikian pula dalam peraturan baris berbaris selalu menjadi perhatian dari kedua orang tuanya, tanpa lelah dan hati yang penuh ikhlas tiada sedikitpun mengeluh kedua otang tuanya menyita waktu untuk memberikan apa yang diketahuinya sebatas kemampuan yang dimilikinya untuk melatih anaknya yang terkait dengan tugas-tugas seorang komandan upacara, karena keinginan melihat anaknya tampil dengan baik jauh lebih besar ketimbang lainnya...kebahagiaan anak akan menjadi kebahagian orang tuanya pula, apa lagi sianak adalah buah hatinya satu-satunya. 

        Ketika hari Sabtu sebagai hari yang ditunggu-tunggu tiba, berbagai perasaan berkecamuk didalam hati kedua orang tuanya, disatu sisi mereka merasa bahagia dan bangga sementara disisi lain ada rasa kuatir, begitulah perasaan orang tua terhadap anak, maka benar kata orang bahwa cinta orang tua terhadap anak tiada terbatas. Ketika upacara akan segera dimulai waktu menunjukan pukul 17.00 wit, abahnya dengan serius memperhatikan anaknya dari luar pagar sekolah, yang menunggu sejak setengah jam yang lalu, karena ia tidak ingin terlambat walaupun sedetik untuk mengetahui bagaimana penampilan buah hatinya ketika menjadi seorang komandan dalam upacara penurunan bendera di sekolahnya. Dengan mata yang hampir tidak berkedip abahnya melihat anaknya yang tampil dengan gagah berdiri didepan barisan peserta upacara, dengan suara tegas ia memberikan komando, kemudian dengan lantangnya suaranya terdengar ketika ia memyampaikan laporan bahwa upaca telah siap dilaksanakan. 
Beberapa waktu kemudian tidak terasa upacara telah selesai, si buah hati telah selesai menjalankan tugasnya dengan baik,....maka...abahnyapun megucapkan  Alhamdulillah... sambil mengusap air mata karena terharu dan bangga serta bahagia melihat buah hatinya telah mampu menjawab tanggung jawab yang diberikan dengan baik dan sesuai harapan.

        Cerita di atas adalah sebagai gambaran bagaimana besarnya perhatian kedua orang tua  terhadap anaknya, mereka ingin anaknya selalu tampil lebih baik, lebih dari itu mereka ingin agar anaknya selalu sukses dengan apa yangdicita-citakannya. Perhatian rang tua yang memberikan motivasi yang tinggi kepada anaknya adalah sesuatu yang sangat besar manfaatnya bagi sianak, dengan perhatian yang maksimal mampu menumbuhkan kepercayaan yang tinggi, sehingga yang tadinya sesuatu yang tidak mungkin dapat terjangkau, semua menjadi mungkin. Memang kehadiran anak adalah suatu angerah sepanjang kita mampu memberikan bimbingan atau didikan yang baik ketika mengantarkannya menjelang dewasa, namun sebaliknya ia bisa menjadi bencana jika kita tidak mampu mendidiknya dengan baik. Setiap orang tua selalu menginginkan atau mengharapkan anaknya kelak menjadi orang yang sukses, orang yang berbudi luhur ( akhlaqul karimah ), namun untuk mencapai kearah sana tidaklah segampang mengucapkannya tetapi perlu usaha yang keras disertai do'a yang tiada putus, namun yang lebih utama untuk keberhasilan adalah dengan memberikan contoh yang baik ( suri teladan ) kepada anak, karena itulah yang paling pertama ditirunya, baru setelah itu kita memberikan bimbingan lainnya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan usianya.

         Semoga Allah Swt memberikan kita anak yang Shaleh yang selalu berbakti kepada kedua orangtuanya baik dikala kita masih hidup di dunia maupun ketika kita telah tiada kelak , anak yang bermanfaat bagi nusa, bangsa dan agamanya, kehadirannya sangat dibutuhkan oleh orang dan ketiadaannya menjadi kerinduan bagi orang lain karena kebaikan dan ilmu yang dimilikinya...aamiin yaa rabbal'alamiin.