Beberapa hari yang lalu kami pulang kekampung halaman untuk menghadiri acara keluarga, kesempatan itu kumanfaatkan untuk jalan-jalan melihat suasana kampung tempat kami bermain ketika kami masih anak-anak, salah satu tempat yang penuh kenangan dimasa itu adalah di daerah berbukit oleh penduduk dinamakan daerah Kapao, disana tempatnya masih alami bukitnya yang sebagian besar pasir di dominasi tumbuhan karamunting.
Bukit berpasir putih bersih sangat disukai oleh anak2 untuk bermain petak umpet dan perang-perangan, karena banyak ditumbuhi pohon karamunting yang tingginya rata-rata sepinggang orang dewasa, kalau musim berbuah, kami sering memetik buah yang matang yang berwarna ungu agak kehitam-hitaman, rasanyapun manis sehingga sangat disukai oleh anak2 maupun orang dewasa yang kehausan ketika baru pulang dari kebun.
Sore itu aku sengaja mendatangi tempat itu untuk melihat susana alam sekitarnya, setibanya disana melihat panorama alam yang masih alami benar-benar membuat takjub mata memandangnya, pasir putih berkilau diatas perbukitan, terinjak kaki ketika melangkah terasa lembut dan hangat, disekitar pasir putih seluas mata memandang tidak segersang sebagaimana gurun sahara, tetapi diatas pasir itu tumbuh banyak pepohonan yang rindang, namun didomiasi hampir 90 persen tumbuhan karumting, selebihnya tanaman jambu mente serta buah-buahan hutan lainnya yang tingginya dapat dijangkau oleh tangan orang dewasa, lalu disebelah barat dan selatan dari kejauhan nampak hutan belantara kalimantan, terlihat menghijau semakin jauh berubah menjadi biru. Sambil berdiri diatas sebuah gundukan tanah yang agak tinggi dari perbukitan itu, dengan terus memperhatikan alam sekitarnya, membuat susana hati menjadi nyaman, sejuk, damai dan menyenangkan sekali, apalagi angin berhembus membuat tubuh terasa nyaman, bagaikan seorang anak yang mendapat belaian lembut penuh kasih sayang dari seorang ibu. Ini semua sebuah pemberian dari Yang Maha Kuasa kepada mahluk-Nya yang tidak ternilai harganya, rasa syukur selalu terucap atas semua itu.
Dalam suasana seperti itu teringat kemasa anak-anak, jalan itu yag sering kulai ketika pergi dan pulang mencari kayu yang kering sebagai bahan bakar untuk memasak di rumah, biasanya bagi anak-anak di perkotaan hari minggu dimanfaatkan untuk bermain dan rekreasi bersama keluarga, tetepi bagi kami saat itu setiap hari libur sudah menunggu tugas untuk mencari kayu bakar ditepi hutan, karena hal seperti ini sudah menjadi suatu kebiasaan maka tugas itu tidak menjadi beban, bahkan menjadi suatu kegiatan rutin dan sangat menyenangkan karena dapat membantu meringankan beban orang tua, lebih dari pada itu disela-sela waktu sambil mencari kayu bakar tersebut sering pula kami manfaatkan untuk bermain, seperti bergantung ditali ala tarsan, karena banyak tanaman merambat yang bergantungan dipohon-pohon besar sehingga sering kami gunakan untuk bermain. Setelah mendapatkan kayu bakar sesuai dgn kemampuan kami untuk memikulnya menuju kampung rumah tempat kami tinggal, biasanya kami beristirahat di bukit berpasir yang banyak ditumbuhi pohon karamunting itu, selain mencari buahnya untuk dimakan sebagai pelepas lapar dan dahaga karena kelelahan sehabis mencari kayu bakar juga kami manfaatkan untuk bermain petak umpet, atau kadang-kadang main perang-perangan dengan bersembunyi dirimbunan pohon karamunting, kalau sudah seperti itu rasa letih hilang semua, karena hati sangat gembira, bercanda dan tertawa kadang saling ledek sesama teman, hingga sore hari menjelang magrib baru kami pulang dengan memikul kayu bakar.
Setelah sekian lama duduksambil mengenang di masa silam, aku berjalan kearah selatan, tiba-tiba dari kejauhan terlihat ada sesuatu yang kosong tidak terlihat sesuatu yang tumbuh disana, lalu ku coba untuk mendekatinya, masya Allah....aku terkejut, ternyata ada lobang besar yang menganga disana kurang lebih hampir setengah lapangan bola dengan kedalaman sampai tiga meter kebawah, oh...ternyata tempat itu dimanfaatkan orang untuk mengambil pasir lalu di jual guna bahan campuran semen keperluan pembangunan rumah, pertokoan, perkantoran, dll. Setelah terus berjalan ternyata disekitar itu masih terdapat beberapa lobang galian lagi yang luasnya bervariasi, lubang-lubang itu ditinggal begitu saja setelah pasirnya diambil, lalu ketika hujan airpun tergenang disana.
Melihat kenyataan itu di dalam hati ada rasa kecewa, karena alam yg dulu sangat indahnya, dengan variasi tanaman yang rindang dan subur diatasnya, sekarang justru menjadi rusak, gersang dan terasa panas sekali, namun apa daya karena wilayah itu ada pemiliknya dan dia berhak untuk memanfaatkan tanahnya guna keperluan hidupnya sehari-hari, namun yang sangat disayangkan kenapa lubang itu tdk ditimbun kembali, lalu ditanami lagi dengan tumbuhan yang bermanfaat lainnya.
Dalam kurun waktu sekian tahun ternyata banyak perubahan yang terjadi sangat cepat di lingkungan kita, dulu hutan kalimantan terkenal dengan kelebatan dan kengkerannya, tetapi kini banyak yang sudah ditebang guna diambil kayunya, lalu ada pula yang menafaatkan tanahnya karena di dalamnya terdapat batu bara, seperti saat ini jika kita naik pesawat lalu melihat kebawah, ternyata dimana-mana terlihat lubang-lubang raksasa ditengah-tengah hutan belantara Kalimantan, kalau hal ini dibiarkan terus, tidak menutup kemungkinan beberapa puluh tahun kemudian hutan rimba kalimantan hanya tinggal kenangan dan sejarah yang hanya dapat dilihat dari foto-foto usang di dalam museum.
Allahpun telah mengingatkan kepada kita bahwa kerusakan didaratan dan di lautan disebabkan oleh tangan manusia, tentu manusia yang hanya mencari kenikmatan sesaat bagi dirinya, tanpa memikirkan bagaimana nanti apa yang diwariskan kepada anak cucunya beberapa generasi yang akan datang.
Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki saat ini, dan apa yang sudah di canangkan oleh Gubernur Kalimantan Timur dengan selogan KALTIM GREEN ONE MAN FIVE TREE patut mendapat dukungan secara nyata oleh setiap orang, agar hutan kita kembali kepada fungsinya sebagai paru-paru dunia.
Inilah hasil dari perjalan kekampung halaman yang dapat ditulis diposting ini dalam mengingat kemasa silam menembus waktu, kiranya kebahagian bersama bermain dialam yang asri dan alami hasil bentukan alam itu sendiri tanpa sentuhan tangan manusia ketika masa kanak-kanak kembali dapat dirasakan pada saat sekarang dan beberapa generasi yang akan datang, sehingga tidak ada yang hilang dan selalu terjaga apa yang telah Allah anugerahkan kepada kita sebagai khalifah di muka bumi, lalu....semua mahluk akan tersenyum melihat NAPAK TILAS PERJALAN SANG WAKTU........
Setelah sekian lama duduksambil mengenang di masa silam, aku berjalan kearah selatan, tiba-tiba dari kejauhan terlihat ada sesuatu yang kosong tidak terlihat sesuatu yang tumbuh disana, lalu ku coba untuk mendekatinya, masya Allah....aku terkejut, ternyata ada lobang besar yang menganga disana kurang lebih hampir setengah lapangan bola dengan kedalaman sampai tiga meter kebawah, oh...ternyata tempat itu dimanfaatkan orang untuk mengambil pasir lalu di jual guna bahan campuran semen keperluan pembangunan rumah, pertokoan, perkantoran, dll. Setelah terus berjalan ternyata disekitar itu masih terdapat beberapa lobang galian lagi yang luasnya bervariasi, lubang-lubang itu ditinggal begitu saja setelah pasirnya diambil, lalu ketika hujan airpun tergenang disana.
Melihat kenyataan itu di dalam hati ada rasa kecewa, karena alam yg dulu sangat indahnya, dengan variasi tanaman yang rindang dan subur diatasnya, sekarang justru menjadi rusak, gersang dan terasa panas sekali, namun apa daya karena wilayah itu ada pemiliknya dan dia berhak untuk memanfaatkan tanahnya guna keperluan hidupnya sehari-hari, namun yang sangat disayangkan kenapa lubang itu tdk ditimbun kembali, lalu ditanami lagi dengan tumbuhan yang bermanfaat lainnya.
Dalam kurun waktu sekian tahun ternyata banyak perubahan yang terjadi sangat cepat di lingkungan kita, dulu hutan kalimantan terkenal dengan kelebatan dan kengkerannya, tetapi kini banyak yang sudah ditebang guna diambil kayunya, lalu ada pula yang menafaatkan tanahnya karena di dalamnya terdapat batu bara, seperti saat ini jika kita naik pesawat lalu melihat kebawah, ternyata dimana-mana terlihat lubang-lubang raksasa ditengah-tengah hutan belantara Kalimantan, kalau hal ini dibiarkan terus, tidak menutup kemungkinan beberapa puluh tahun kemudian hutan rimba kalimantan hanya tinggal kenangan dan sejarah yang hanya dapat dilihat dari foto-foto usang di dalam museum.
Allahpun telah mengingatkan kepada kita bahwa kerusakan didaratan dan di lautan disebabkan oleh tangan manusia, tentu manusia yang hanya mencari kenikmatan sesaat bagi dirinya, tanpa memikirkan bagaimana nanti apa yang diwariskan kepada anak cucunya beberapa generasi yang akan datang.
Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki saat ini, dan apa yang sudah di canangkan oleh Gubernur Kalimantan Timur dengan selogan KALTIM GREEN ONE MAN FIVE TREE patut mendapat dukungan secara nyata oleh setiap orang, agar hutan kita kembali kepada fungsinya sebagai paru-paru dunia.
Inilah hasil dari perjalan kekampung halaman yang dapat ditulis diposting ini dalam mengingat kemasa silam menembus waktu, kiranya kebahagian bersama bermain dialam yang asri dan alami hasil bentukan alam itu sendiri tanpa sentuhan tangan manusia ketika masa kanak-kanak kembali dapat dirasakan pada saat sekarang dan beberapa generasi yang akan datang, sehingga tidak ada yang hilang dan selalu terjaga apa yang telah Allah anugerahkan kepada kita sebagai khalifah di muka bumi, lalu....semua mahluk akan tersenyum melihat NAPAK TILAS PERJALAN SANG WAKTU........